Sunday, May 15, 2011

The Inn ~ Chapter 2 = Aku Pasti Sudah Gila = « SuperSidae 슈퍼시대

By : Choi Heewon

@wen41111

Seorang perempuan dengan gaun serba putih sedang duduk ditaman sambil membaca buku. Tidak jauh darinya, ada 2 orang anak laki-laki yang sedang berdebat kecil. Perdebatan mereka hanya perdebatan kecil yang pelan sehingga perempuan itu tidak mendengarnya.

"Hyung, yang ini saja… lebih bagus." Kata salah satu anak laki-laki yang lebih kecil.

"Tidak.. ini lebih indah." kata 'hyung'nya itu

"Baiklah kalau begitu. Aku yang ini dan kau yang itu." kata anak laki-laki yang pertama. Mereka menggangguk dan tersenyum puas.

"eomma pasti senang," ucap 'hyung'

Mereka berdua berlari kecil menghampiri sang gadis dengan tangan tersembunyi di belakang punggung. "Eomma!!" panggil mereka berdua sambil duduk di sisi kanan dan kiri perempuan itu.

Perempuan itu menutup bukunya dan merangkul kedua anak itu. "Wae?" tanyanya lembut. Jika dilihat usianya masih sangat muda untuk memiliki dua orang putra sebesar mereka, namun siapa sangka, dibalik wajah mudanya, usianya sudah jauh dari bayangan orang. Begitu juga kedua anaknya. Meski terlihat seperti anak usia 5 tahun, tetap saja umur asli mereka jauh dari itu.

"Kami punya hadiah." Ucap anak pertama, yang lebih tua. Dia melirik adiknya dan mereka berhitung bersama. "Satu, dua…tiga"

Keduanya mengeluarkan masing-masing setangkai bunga mawar putih, kesuakaan eomma mereka. "Wae?? Eomma tidak suka?" tanya anak laki-laki kecil tadi saat melihat eommanya terdiam.

"Ani… gomawoyo.." sang eomma terharu dengan kedua putranya itu dan langsung memeluk mereka erat.

"Kami sayang eomma.." kata kedua anak itu bersamaan.

"Nado.."

#_#_#

Aku terbangun di tengah ruangan yang gelap. Kepalaku rasanya berputar-putar. Kali ini aku terbangun bukan karena mimpi buruk yang megerikan, melainkan karena mimpi yang sangat indah. siapa mereka?? Anak-anak itu? perempuan itu?? kenapa rasanya aku mengenalnya? Bahkan taman itu.. rasanya aku tahu.

Aku menyandarkan kepalaku pada kepala tempat tidur. Sengaja tidak kunyalakan lampunya karena aku merasa tenang, tidak seperti biasanya. Mendadak aku baru menyadari mataku basah. Ada sungai kecil di pipiku. Ada apa denganku? Kenapa aku menangis hanya karena mimpi??

Kupejamkan mataku lagi sambil menarik napas pelan, berusaha tenang. Perlahan kubuka lagi dan aku teringat. Bukannya tadi aku sedang belanja degan siwon?? Seketika ingatan tentang makhluk aneh tadi kembali mengisi pikiranku, tapi entah kenapa aku jadi tidak takut. Padahal seharusnya aku sudah gemetar sekarang karena teringat. Memimpikannya saja aku sampai mandi keringat dingin, tapi kenapa sekarang aku merasa lebih tenang? Apa aku jadi terbiasa dengan keanehan ini? Tidak mungkin. Kulirik jam diatas meja samping tempat tidurku, hampir tengah malam. berarti tadi siang aku pingsan dan baru sadar sekarang? Wah.. ini rekor pribadiku.

Perlahan kuturun dari tempat tidur, agak meraba di dinding, mencari saklar lampu. Setelah kamarku terang, aku masuk ke kamar mandi dan mencuci muka, tidak.. tanggung. Lebih baik aku mandi saja. Mandi tengah malam?? apa ini kebiasaanku juga?

Aku terus memutar otakku dengan segala kemungkinan yang ada. Aku yakin dengan penglihatanku. Aku yakin sekali, malam itu bukan mimpi. Itu pasti Leeteuk dan ada sayap dipunggungnya. Lalu tadi siang, itu pasti siwon dan dia punya taring. Makanya dia bisa melawan makhluk berkerudung itu dan membawaku pulang dengan selamat. Aku yakin sekali pasti ada rahasia lain lagi di penginapan ini. Kalau kupikirkan lagi, semua yang ada disini memang aneh, termasuk juga semua pegawainya. Mereka memang baik padaku, tapi aku tidak ingin dibohongi. Bila mereka memang tidak ingin bicara, aku akan mencari tahu.

Dengan cepat aku berganti pakaian dan mengeringkan rambutku. Tapi begitu aku ingin membuka pintu kamarku, kulihat sehelai bulu yang lebih besar dari bulu angsa, tampak sangat kuat dan berwarna hitam pekat, terselip di celah bawah pintu

"bulu apa ini? Datang dari mana?" aku memasukkan bulu itu ke saku jubahku dan segera keluar. Namun langkahku terhenti, melihat sesosok laki-laki berdiri diujung koridor sambil bersandar pada dinding. Dia tidak menatapku, melainkan pintu yang ada di depannya, pintu di deretan kamar di depan kamar ku. Aku tidak pernah melihatnya. Laki-laki ini tampan, rambutnya tidak terlalu panjang atau pendek tapi warnanya sangat mencolok, merah terang dan pakaiannya serba hitam. Apa dia tamu? Atau dia..

Namun ternyata dia menyadari kehadiranku meski jarak kami cukup jauh –kamarku adalah kamar yang paling ujung di koridor dan dia berdiri bersandar di ujung satunya–. "Kau sudah bangun?" tanyanya pelan. Suaranya terdengar lembut, tapi disaat bersamaan juga membuat bulu kuduk berdiri.

Aku tidak begitu yakin kalau dia bicara padaku, tapi setelah kupastikan, hanya ada dia dan aku dikoridor ini. Tidak ada juga pintu yang terbuka, jadi pasti dia bicara padaku. Aku berjalan pelan mendekatinya. "Kau siapa?" tanyaku balik.

Dia memutar tubuhnya menghadapku dan sekali lagi langkahku terhenti. Wajahnya memang sangat tampan, tapi juga cantik. Matanya tajam dan ada kesan dingin dibaliknya. Entah kenapa aku yakin, dia orang yang sangat ditakuti, meski tubuhnya tidak sebesar Kangin ssi atau shindong ssi. Dia bahkan tampak kurus, namun ada semacam aura kuat dari balik tubuh rapuhnya itu.

Dia mengamatiku dari ujunng kaki sampai atas kepala. "Persis." Desisnya pelan sambil tersenyum aneh. sudut bibirnya terangkat 1 cm.

"Apanya yang persis? Siapa kau?" tanyaku sekali lagi. Anehnya suaraku sangat tenang. Padahal kalau ada orang aneh yang mengamatimu dan mengatakan hal yang tak kalah aneh, tindakan yang benar adalah marah kan?

"Ternyata memang benar ya. Kau sama sekali tidak ingat." Katanya tak kalah tenang dan malah lebih dingin.

"Kau mengenalku? Apa aku juga mengenalmu? Kita saling kenal?" tanyaku langsung. Siapa dia? Apa dia orang yang sangat kukenal dulu? Rasanya aku mulai frustasi dengan kepala kosongku. Seberapa banyak hal yang kulupakan si?

Dia menghampiriku. Langkahnya sangat luwes. Saking pelannya dia berjalan, aku mendapat kesan dia tidak menginjak lantai. Sama seperti kesanku pada beberapa orang lainnya. "Apa yang kau inginkan?" tanyanya. Aku terdiam. Apa maksud orang ini? "Bukannya kau ingin bertanya?" katanya lagi.

Mata kami bertatapan. Meski matanya sangat dingin dan kejam, tapi aku tidak takut memandangnya. Rasanya aku terbiasa. Memang ada beribu pertanyaan di kepalaku, tapi dari maan aku harus mulai? "Penjelasan." Kataku akhirnya. "Jelaskan padaku semuanya."

Dia tertawa. Tawa melengking yang membuatku bergidik. "Ternyata memang orang itu terlalu berlebihan. Ayo." Dia berbalik

"Kemana?"

"Bukannya kau mau penjelasan?" ulangnya tanpa berbalik atau berhenti melangkah. Mau tidak mau aku mengikutinya. Kami menurun tangga spiral dan aku harus menarik sedikit ujung gaunku.. –kemana perginya pakaian biasa yang ada di lemari? Kenapa hanya tersisa gaun?— kami sudah sampai di lantai satu dan dia terus berjalan. Kali ini kami keluar dari penginapan. Dia masih terus berjalan tanpa henti. Kami menyeberangi taman. Aku tidak pernah kemari sebelumnya. Setelah lebih dari 5 menit kami berjalan kami berhenti.

"Dimana ini?" tanyaku saat dia terhenti didepan sebuah bangunan tua yang mewah, seperti rumah.

Didorongnya kedua daun pintu itu hingga terbuka. "Selamat datang di 'rumah'."

Aku melongo di pintu masuk. Bangunan ini memang rumah. Begitu masuk ada sebuah ruang tamu super besar yang menanti dengan dua tangga besar disisi kanan dan kirinya. Ada banyak lukisan di dinding. Tapi belum sempat kuamati semuanya, "Sudah pulang, tuan?" kudengar suara hankyung dari arah ruangan di bawah tangga kiri. Langkahnya terhenti begitu melihatku berdiri di pintu.

"Nona… bagaimana anda bisa kemari?" dia lalu melirik orang yang membawaku ini. Jadi dia Heechul. "Tuan…" kenapa suaranya tiba-tiba jadi memelas begitu.

"Sudahlah. Akan kutanggung. Panggil semua." Kata Heechul. Dia berbalik kembali padaku. "Mau berdiri disana sampai kapan? Cepat masuk."

Begitu aku duduk suara gaduh terdengar dari atas. Kurasa hankyung sudah membangunkan mereka semua. Tidak lama kemudian mereka semua muncul dari kedua tangga dengan wajah shock dan agak takut.

Aku tersenyum singkat pada mereka semua. Kibum dan donghae berdiri rapat dan menatap heechul dengan marah. Tapi kyuhyun duduk santai di salah satu kursi. Atau bisa kubilang hanya dia yang santai. Aku tidak mengerti kenapa yang lain tampak begitu….tertekan?

Mendadak aku merasa sesak. Kudengar suara melengking marah dalam bahasa aneh dari atas. Yang lain langsung mengkeret dan berlari dalam 2 kelompok. Hankyung, siwon, kangin, yesung dan shindong langsung berlari ke belakang kyuhyun yang sangat santai. Sementara kibum, donghae, eunhyuk, sungmin dan ryeowook berlari ke arah satunya, tepatnya ke arah leeteuk. Kulihat dia turun dengan wajah marah.

"Kenapa kau bawa dia kemari?" teriaknya marah.

"Sudah waktunya." Balas heechul dingin. kurasakan 2 hawa aneh tiba-tiba memenuhi ruangan ini. Kuat dan menenangkan dari arah leeteuk dan kuat menekan dari arah heechul.

"Belum. Dia belum siap." Kata leeteuk lagi.

"Kenapa tidak kau tanya sendiri padanya. Jangan terlalu membatasinya. Dia berhak tahu." Kali ini heechul hampir berteriak.

Kurasa aku mengerti apa yang mereka pertengkarkan. Aku berdiri dan dengan sisa napasku yang mendadak sesak ini, "HENTIKAN!!" teriakku. Mereka berdua melihatku dan seakan tersadar langsung tampak tenang. Seketika rasa sesak itu menghilang. Aku bisa bernapas dengan lega.

Kuhirup udara banyak-banyak sebelum mereka marah lagi. Makhluk apapun mereka itu, aku yakin mereka bukan manusia. "Mianhae.." kata leeteuk pelan. Dia menatapku dengan pandangan tersiksa. Aku tidak tahan melihatnya begitu. Rasanya dadaku sakit.

"Sudahlah. Aku yang memintanya membawaku –secara tidak langsung—" tambahku lagi. Ternyata ini maksudnya heechul membawaku kemari. Ini memang awal dari penjelasan. "Bisakah kalian semua duduk?" pintaku. Mereka melirik para tuan dan setelah diberi anggukan, mereka duduk. Wajah mereka tampak lega.

"Apa yang ingin kau ketahui?" kali ini kyuhyun yang angkat suara.

"Semuanya." Mereka menghela napas. "Siapa aku? Kalian pasti tahu. Siapa kalian dan darimana kalian kenal aku? Bagaimana bisa aku sampai disini? Dan kenapa juga kalian menyembunyikan ini dariku?"

"kau memang nona yang cerewet, kau tahu.." kali ini kangin yang berkomentar.

Aku mengankat bahu cuek. Ada begitu pertanyaan di kepalaku dan yang paling penting adalah yang sudah kukeluarkan itu.

"Baiklah, kurasa yang paling mudah adalah dari memperkenalkan diri dulu." Kata heechul. Mendadak warna matanya memerah dan muncul seringai keji darinya. "Aku heechul, raja iblis. Boleh juga kau sebut demon" Saat dia mengucapkannya, kulihat sepasang sayap hitam legam muncul dipunggungnya. Beberapa orang tampak bergidik tapi aku malah menatap sayap itu dengan takjub.

"Hentikan, itu tidak baik." Kata leeteuk lagi. Dia terdengar agak kesal. Aku menoleh padanya dan aku hampir melompat senang ternyata kejadian waktu itu memang bukan mimpi. Memang ada sayap putih cemerlang dipunggungnya. Sayap kananya terbentang sementara yang kiri, menyelubunginya bagaikan perisai. Kulihat kibum, donghae, eunhyuk, sungmin dan ryeowook langsung berdiri dibelakannya, seakan menyembunyikan diri.

"Dan kau malaikat?" ucapku langsung. Leeteuk tersenyum hangat. "Ne… satu-satunya malaikat." Katanya lemah.

"Satu-satunya?" ulangku tak mengerti.

"Aku spesies terakhir." Katanya. "bangsa kami sudah dimusnahkan saat perang terakhir."

"Perang?"

"Nanti saja penjelasannya. Aku kyuhyun, pangeran iblis." Tambah kyu. Dia tidak mau repot mengeluarkan sayapnya dan aku yakin tidak perlu. Sikap dinginnya itu sudah sangat meyakinkanku.

"Biar kupercepat saja." Kata shindong. "aku dan shape shifter, yesung adalah grim reaper, kangin werewolf,  hankyung dan siwon adalah vampir, ryeowook dan sungmin sejenis peri hutan, eunhyuk itu agak sulit disebut..ehm… sebut saja 'shapeshifter' khusus." Dia melirik ke arah eunhyuk yang mengangguk. "sementara kibum dan donghae adalah Nephilim."

Suasana hening sementara mereka menantiku mencerna informasi ini. Aku mengulangi beberapa kata dalam kepalaku, angel, demon, shape shifter, grim reaper, peri hutan, dan nephilim. "baik.. kuarasa aku mulai mengerti jenis kalian. Silahkan dilanjutkan."

"Apa lagi yang ingin kau ketahui?" tanya yesung tenang dan menusuk

"Bukannya tadi aku sudah menyetkannya? Siapa aku dan bagaimana kalian mengenalku."

Semua diam dan melihat leeteuk. Kurasa dia yang akan bicara sekarang. Namun, ternyata bukan. Sungminlah yang bicara. "Kau adalah bagian dari kami."

Aku berdiri sekarang. Informasi ini lebih mengagetkan daripada informasi jenis makhluk mereka. "Tepatnya beberapa ratus tahun lalu." Aku melongo. "dulu kau tinggal disini bersama kami hingga perang terjadi."

"Tunggu dulu.. jadi aku ini apa?" tanyaku agak shock.

"Sekarang kau adalah manusia. Tapi dulu kau adalah makhluk tak tercatat." Kali ini leeteuk yang bicara. Wajahnya menyiratkan kesedihan yang luar biasa saat mengatakan itu. "Kau setengah iblis dan setengah malaikat."

Aku tertawa. "kalian ini pandai sekali bercanda. Mana ada makhluk begitu? Aku bisa percaya kalau kalian ini bukan manusia, tapi kalau aku adalah setengah malaikat dan setengah iblis rasanya luar biasa. Mana mungkin ada iblis dan malaikat yang bersama?" kataku.

"Itu memang benar. Karena itu lah kau tak tercatat. Nama jenismu pun tidak ada." Lanjut leeteuk. "Kau adalah yang pertama di sepanjang sejarah peradaban."

Aku bertepuk tangan. "Ini suatu kebanggaan bagiku. Apa kalian punya lelucon lain?" aku mulai kesal sekarang.

"Terserah percaya atau tidak. Itu adalah kenyataannya." Kata leeteuk dan dia kini bersandar di tepi tangga. Sejak tadi dia terlihat agak sedih bahkan duduk pun dia tidak. Entah kenapa terbersit kesedihan di hatiku melihatnya seperti itu. sebagian dari hatiku seakan menjerit itu benar. Aku memang seperti itu. makhluk yang tak tercatat.

"Bagaimana aku bisa hidup?" tanyaku. Rasanya aneh sekali menanyakan pertanyaan yang satu ini.

"Ayahmu adalah salah satu raja demon sementara ibumu adalah malaikat yang ditugaskan melindungi hankyung." Aku melihat ke arah hankyung sementara heechul bicara. "Ayahmu ingin mengambil nyawanya tapi dicegah oleh ibumu. Singkatnya dari permusuhan mereka timbullah cinta. Hankyung tetap hidup dengan aman hingga dia bertemu dengan seorang vampir dan menjadi vampir."

"Wah.. jadi aku ini tuan putri pemberontak yang terbuang? Ayahku raja demon yang memberontak dan ibuku malaikat yang juga memberontak." Simpulku sarkatis

"Kesimpulan menarik." Lanjut heechul. "Setelah kau lahir, orang tuamu dimusnahkan oleh pihak masing-masing. Pelanggaran mereka terlalu berat. Tapi mereka menyembunyikanmu dan kau hidup. Tidak ada yang berhasil menemukanmu. Kau tumbuh layaknya manusia normal, hanya dengan beberapa kelebihan dan sangat kuat. Saat kau berusia 17 tahun dalam umur manusia, kau berubah. Kekuatan malaikatmu menekan kekuatan iblismu hingga tanpa sengaja kau menemukan kami."

"Kami sangat terkejut saat kau muncul karena kami pikir kau hanya cerita dari para tetua dan kalaupun benar kau ada, kau pasti sudah mati. Tapi kau malah muncul di hadapan kami, sehat dan terlalu sempurna." Kata leeteuk. Dia tersenyum kecil saat mengingat salah satu bagian memorinya itu.

"Karena kita sama-sama adalah buronan maka kami menerimamu. Toh tak ada ruginya kan. Lebih ramai lebih nyaman." Tambah yesung. "lagipula kau makhluk yang menarik."

Aku tidak tahu harus bagaimana menanggapi. Jadi, kuputuskan akan kuanggap itu sebagai dongeng. Anggap saja aku tidak sengaja membaca buku aneh di perpustakaan.

"Lalu perang apa yang kalian maksud?"

Mereka semua bertukar pandang cemas. Hanya kedua demon itu yang tampak santai. "beberapa ratus tahun lalu ada sekelompok demon, undead, zombie dan orge serta makhluk rendah lainnya yang menyerang tempat kami –atau harus kusebut kita—dulu."

"Sebenarnya mengalahkan mereka adalah hal yang sangat mudah, apalagi dengan perlindungan Tuan Heechul dan Tuan Leeteuk. Tapi, jumlahnya terlalu besar dan keadaan agak kurang pas waktu itu" kata siwon. Dia memandangku penuh rasa terima kasih. "Kami bisa selamat berkat pengorbanan Anda."

"Mwo? Jadi bagaimana tepatnya aku mati?"

Mereka terdiam. Mereka tidak ingin menjawab atau memang tidak bisa menjawab?

"Dulu kita tinggal di kastil ORB. Itu satu-satunya tempat di dunia dimana iblis dan malaikat bisa hidup berdampingan. Kastil ORB juga seperti penginapan ini, merupakan tempat singgah bagi arwah penasaran. Para penghuninya, 10 dari kami adalah pelarian dari dunia." Kata kangin memulai cerita.

"Tuan Leeteuk merupakan satu-satunya malaikat jadi semua demon memburunya. Dia juga tidak mungkin hidup sendirian di langit atau bersama dengan manusia. Dia terlalu mencolok." Dalam hati aku mengiyakan pernyataan itu. dia memang sangat mencolok. "Tuan Heechul, dengan alasannya sendiri memberontak dari neraka." Buru-buru ditambahkannya, "Jangan tanya alasannya sekarang."

"Sisanya?" tanyaku.

"Kami ini makhluk liar yang tidak terkendali. Suatu hari Tuan Heechul datang pada kami dan menawari kami pengendalian diri. Sejak itu kami jadi pengikutnya." Kata hankyung sambil menunjuk dirinya, shindong dan kangin dengan penuh rasa terima kasih sambil menatap heechul hormat.

"Aku ingin bertobat." Kata siwon. Aku membelalakkan mata padanya. "Sekarang aku 'vegetarian' tahu!!"

"Kami juga sama. Kami bertemu dengan tuan Leeteuk saat kami keluar dari lingkungan kami. Tuan leeteuk menawari kami perlindungan dan kami setia padanya." Kata sungmin dan diikuti anggukan semangat dari ryeowook.

"Kalau aku karena merupakan satu-satunya yang tersisa dari kelompokku dan sangat mustahil bertahan sendirian maka aku bergabung." Kata eunhyuk kalem.

"Yesung ssi?" tanyaku teringat padanya yang terdiam sejak tadi.

"Sama seperti kasus orang tua mu. Aku ditugaskan mencabut nyawa seorang gadis dan aku jatuh cinta padanya." Dia tertawa mengejek dirinya sendiri. "Aku dijatuhi hukuman mati tapi aku berhasil melarikan diri dan aku bertemu heechul dalam pelarian."

Aku mencerna informasi baru ini lagi. Jadi kesimpulan yang bisa kutarik adalah mereka jadi buronan karena cinta. Tapi ada yang menarik perhatianku. "bagaimana dengan donghae, kibum dan kyuhyun?" nama mereka tidak disebut dan tadi eunhyuk mengatakan 10 dari mereka.

"Bukankah seharusnya kau lebih tahu dari kami?" kata kyuhyun dingin.

"Mwo?"

"Jadinya kita hidup bersama dengan damai, kalau bisa disebut begitu hingga terjadi penyerangan itu." kata donghae. Akhirnya dia bicara juga. "Saat penyerangan aku masih kecil, tapi ingatanku jelas." Dia melirik malaikat disebelahnya sebentar, seolah meminta dukungan.

"Kastil ORB dilindungi dengan kekuatan tuan Heechul dan Tuan Leeteuk. Mereka berdua adalah penyokong kastil ini. Tapi saat terjadi penyerangan, keadaan agak kurang pas." Tambahnya dengan agak ragu, seolah mencari kata yang tepat.

"Tuan heechul belum pulih dan tuan leeteuk sedang diluar kastil."

"Belum pulih? Memangnya demon bisa sakit?"

"Sebenarnya itu adalah penyerangan kedua. Beberapa waktu sebelum penyerangan itu ada penyerangan lain dan tuan heechul terluka saat itu. mengira keadaan sudah tenang, tuan leeteuk keluar. Lagi pula urusannya sangat penting. Tidak ada yang menyangka akan ada penyerangan begitu." Tambah donghae cepat. Dia terlihat hampir menangis. Leeteuk memegang bahunya seakan menguatkannya.

"Saat itu satu-satunya penghuni kastil  yang punya kekuatan cukup untuk melawan mereka semua adalah Anda. Anda sudah bertarung setengah saat tuan Leeteuk tiba. Tapi ternyata memang itu terlalu menguras tenaga anda. Anda seharusnya segera berhenti bertarung, tapi.." kelanjutan kata-kata donghae diucapkan oleh leeteuk.

"Kesalahankulah kau mati saat itu." aku menatapnya. Wajahnya benar-benar tersiksa.

"aku terluka saat tiba. Meski hanya tinggal menyelesaikan sisanya –kau sudah mengalahkan separuh—tapi ternyata aku tidak cukup kuat. Aku hampir mati saat musuh terakhir kalah. Kau dengan sisa kekuatanmu, menyembuhkanku." Matanya yang menatapku kini tampak benar-benar kehilangan.

"sayapku musnah dan kau mengorbankan sisa tenagamu untuk mengembalikan sayapku." Lanjutnya. Airmatanya jatuh. Tanpa dikomando otakku, tubuhku bergerak, menghampirinya dan memeluknya. Aku terkejut. Dia dan semua orang disini terkejut.

"Kalau begitu si bukan salahmu." Kataku menenangkan meski aku belum sepenuhnya mengerti. "kalau aku yang memutuskan memberikannya maka itu bukan salahmu." Dia membalas pelukanku. "Gomawo.."

"Cih… tidak dulu, tidak sekarang. Tolong lain kali lihat-lihat tempat." Kata heechul sarkatis. Aku langsung melepaskan diri.

"Maksudmu apa? Memangnya apa hubunganku dengan leeteuk dulu?" mereka diam dan wajah leeteuk agak memerah.

"Kita bahas nanti. Cerita belum selesai." Kata leeteuk tegas. "Setelah kejadian itu kastil ORB hancur. Tapi kami tidak mungkin berpencar,  jadi kami mendirikan kastil baru di tempat baru." Dia mengedarkan pandangan ke sekelilingnya. "penginapan ini adalah kastil kami yang kedua. Inilah rumah kami."

Aku mengerti apa yang dimaksud heechul dengan 'selamat datang di rumah' tadi. Tapi ada pertanyaanku yang belum terjawab. "Bagaimana kalian bisa menemukanku? Dan aku hilang ingatan?"

"Saat penginapan ini baru berdiri, ada arwah seorang peramal yang datang. Begitu melihat kami dia memberikan ramalan terakhirnya sebelum reinkarnasi. Ramalannya tentangmu. Dia bilang kami baru kehilangan seseorang tapi kami akan bertemu lagi. Tapi, takdirnya hitam dan kelam. Dia akan menjalani kehidupan yang berat. Saat dia berhasil segala kebahagiaan akan dimiliki, tapi taruhannya lebih besar dari kebahagiaannya sendiri." Leeteuk mengakhiri kata-katanya sambil menatapku. Otakku yang kosong mendadak terasa sangat penuh.

"Itu berarti aku akan hidup dalam penderitaan?" ulangku. Rasanya membicarakan diri sendiri seperti ini sangat aneh. bibirku kelu.

"Ne.. saat itu, sebenarnya heechul yang menemukanmu. Kau tak sadarkan diri di pinggiran kota. Mudah saja mengabaikanmu, seperti dia mengabaikan manusia hidup lainnya, tapi saat melihat wajahmu dia langsung membawamu kemari." Tambah leeteuk

Aku memutar tubuhku menatap heechul yang berdiri dengan santai di sisi ruangan satunya. "Aku hanya ingin balas budi." Katanya sambil mengangkat bahu cuek. "Kurasa mereka juga ingin sekali bertemu denganmu." Dia mengedikkan dagunya ke arah orang dibelakangku. Aku berbalik lagi. Leeteuk, kibum dan donghae??

"karena itu kalian sangat gembira saat aku datang? Karena aku 'kembali'?" kataku.

Mereka mengangguk. "Tapi kenapa kalian bertiga yang paling bahagia?" tanyaku menghadap mereka bertiga.

"Bukan hanya mereka, tapi aku juga." Aku menoleh ke arah sumber suara. "Karena kau ibu kami…"

TBC

 

No comments:

Post a Comment